Jumat, 11 Mei 2012
Hadiah teristimewa
** HADIAH TERISTIMEWA **
" Maafkan aku. . .!" kata Himaya
" Sudahlah, ini bukan salahmu." kutepuk tepuk pundaknya
" Sepertinya lukamu cukup parah, ayo kuobati," kata Miah yang kader dokter kecil
Himaya adalah salah satu wakil sekolah kami dalam lomba atletik antar sekolah.Ia punya bakat alami. Pada perlombaan lari 100 meter tadi, Himaya meninggalkan semua lawannya jauh di belakang. Tetapi sayang, 10 meter sebelum garis finish ia jatuh terjungkal. Sekolah kami batal menjadi juara.
" Coba lihat sepatu ini !" Miah mengacungkan sepatu Himaya ke depan hidungku.
" Sol bawahnya sudah menganga. siapa pun yang memakai sepatu ini, pasti akan terjatuh. sepatu sebutut ini seharusnya dipensiunkan setahun yang lalu."
sekolah kami termasuk sekolah elite. Himaya berasal dari keluarga tak mampu. Ia bisa bersekolah disini karena mendapatkan beasiswa.
" Bagaimana kalau kita patungan untuk membelikan Himaya sepatu baru. usul Miah"
" Usulmu bagus. tapi Himaya tidak suka di beri sesuatu dengan gratis."
" Benar juga, Naf. tapi . . . , " Miah kelihatan berpikir keras.
* * * * * * * * * *
" Tidak ada !" Himaya menumpahkan seluruh isi tasnya di atas meja. Ia mencari buku yang biasa ia pakai untuk menulis cerita.
" Kamu yakin tadi pagi kamu bawa ke sekolah?" tanyaku.
" Iya, pasti," jawab Himaya.
semua penghuni kelas membantu mencarinya, tapi buku itu benar-benar tidak ada.
" Tadi waktu istirahat pertama masih ada. tapi, yah. . . .sudahlah."
" Him, nanti akan kucoba mencari tahu, siapa yang mengambil buku itu."
" Aku kan calon wartawan. aku suka menyelidiki hal begini!" janjiku kepadanya.
Baru kali ini di kelas kami ada yang kecurian. dan itu pun hanya' sebuah buku'. Aku tahu benar buku yang hilang itu. Himaya sangat gemar menulis cerpen. ide cerita nya selalu ditulis dalam buku itu. Ia kadang-kadang membacakan cerpennya di depan kelas. jadi semua orang tahu tentang buku itu. wah, tersangkanya jadi banyak! tidak tanggung-tanggung, seluruh isi kelas!
sepulang sekolah Zulfi menemuiku di belakang kelas.
" Naf, sepertinya aku tahu pencuri buku Himaya. waktu istirahat pertama tadi hanya ada satu orang di kelas. kebetulan aku ada di kebun belakang, jadi aku bisa melihat siapa orang itu dari jendela kaca, " kata Zulfi.
" Siapa orang itu?" tanyaku.
" Jangan kaget ya, Naf. dia Miah," jawab Zulfi.
aku tidak mempercayai Zulfi. bayangkan saja, Miah memiliki segalanya. ayahnya seorang dokter dan ibunya seorang bidan. tidak ada gunanya ia mencuri sebuah buku. tapi hari minggu yang lalu aku berkunjung ke rumah Miah. Iseng-iseng aku membuka file komputer di kamarnya. di situ kutemukan cerpen karya Himaya. waktu Miah sedang keluar kamar aku mencari-cari dan kutemukan buku Himaya di bawah kasurnya.
Yah. . . . . memang harus kuakui, Miahlah pencurinya. Kuputuskan, walaupun Miah sahabatku, aku harus menegurnya.
Hari ini aku akan menanyakan soal buku itu pada Miah. tapi sejak pagi aku tidak melihat Miah. saat istirahat pertama berdering barulah Miah masuk kelas.
" Dari mana saja kau?" jam segini baru masuk kelas, tanyaku.
tiba-tiba Miah menyodorkan wessel dan sejumlah uang kepada Himaya.
" Wessel apa ini ?" Himaya merasa bingung dengan apa yang diberikan Miah.
" Ini wessel hasil dari cerpenmu yang sudah aku kirimkan ke kantor pos. Oh maaf ya, aku tidak memberitahu kamu sebelumnya, " kata Miah.
" Dasar kamu ini Mi! kamu sudah membuat semua orang panik. hampir saja aku marah kepadamu, karena ulahmu yang konyol itu."
" Salah siapa kamu punya bakat menulis cerpen, tetapi tidak dikembangkan lebih luas. jadi tanganku ini merasa gatal ingin mengirimnya." kata Miah.
akhirnya merekapun tertawa bersama.
Sebulan kemudian cerpen karyanya Himaya berhasil dimuat dalam majalah 'BOBO"
Sekiannnnnnn :D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar